serasa takut dikhianati pasangan seringkali membuat seseorang menjadi
cenderung mengawasi, mengendalikan dan mendominasi pasangannya secara
berlebihan, sehingga dia tidak menyadari kalau orang lain juga butuh kebebasan,
privasi, serta punya kehidupan pribadi sendiri yang tak bisa dikendalikan orang
lain dengan seenaknya termasuk oleh pasangannya sendiri.
Awalnya, masing - masing orang memiliki jatah untuk berlaku posesif
terhadap pasangan masing-masing kadarnya adalah cuma 25 % untuk setiap pasangan
dan tahapan pacaran baru hanya sekedar penjajakan, 50% kalo sudah melewati masa
penjajakan dan sudah mendapatkan ke cocokan, 75% apabila kecocokan telah
didapat dan selama berpacaran di tahap ini masing-masing sudah bisa saling
mengisi. Dan 100% adalah apabilah sudah bersama dalam satu atap dengan ikatan
yang sakrar (menikah). Jadi kalo persentasi nya masih berkisar 25% - 50%,
sisanya adalah mutlak kebebasan yang harus bisa dinikmati oleh keduanya.
Rasa trauma karena sebelumnya sering dibohongi, rasa takut kehilangan yang berlebihan, kur
ang percaya diri dalam menjalin hubungan seringkali menjadi penyebab mengapa seorang istri terlalu protektif dan posesif terhadap suaminya.
Menghadapi pasangan yang posesif memang tidak mudah, masalahnya kebanyakan orang posesif akan selalu berusaha menunjukkan kekuasaan lewat hal-hal yang kadang terasa tidak masuk akal akibat perasaan yang selalu was-was dan curiga terlalu berlebihan.
Proteksi yang dimaksud adalah menjaga dan mengingatkan, tetapi kalau sudah sampai melarang-larang untuk ketemu teman-teman dekat, mengikuti selalu kegiatan pasangan diluar, itu tentu saja sudah masuk dalam kategori posesif, jelas Rahmi Lubis, S Psi ,M.Psi, Wanita memiliki sifat posesif lebih karena rasa cemburu. Pada dasarnya ketika wanita mengetahui dengan jelas kegiatan pasangannya mereka bisa maklum. Tetapi kalau tidak, akan selalu membuatnya gelisah.
Kejiwaan
Pernikahan itu salahsatunya mesti dilandasi kepercayaan, kalau terjadi ketimpangan akan selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan curiga dalam benak sang istri. Buat para istri, pasti akan tersiksa oleh pikiran-pikiran yang belum tentu benar apalagi kalau pikiran-pikiran buruk itu dikembangkan akan mengganggu mental dan menjadi sebuah gangguan kejiwaan nantinya, meskipun sifatnya masih tergolong kecil.
Protektif idealnya sih melindungi, bukan memerangkap. Kalau sudah posesif, kecurigaan itu bentuk dari ketidak percayaan pada pasangan, boleh cemburu tapi jangan sampai melampaui batas. Tetapi pada skala yang wajar, curiga atau protektif itu juga perlu. Sebagai bentuk perhatian istri terhadap suami, tambahnya.
Pahamilah suami Anda, karakternya, kebiasaannya, kesukaannya, dengan begitu Anda akan tahu yang disukai oleh suami Anda. Sebagai lelaki, beberapa orang sangat tidak setuju dan sangat tidak suka kalau istri terlalu protektif dan apalagi selalu curiga. Karena suami dan istri harusnya sudah sepakat memutuskan menikah, bahwa kami berdua tidak akan saling curiga, saling menuduh dan tidak saling melarang alias terlalu protektif. Saat memasuki bahtera rumah tangga, kedua belah pihak sudah harus siap menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi dan harus dengan lapang dada menerima kenyataan pahit yang bakal muncul dengan tak terduga karena kita sebagai manusia itu lemah. Saling menerima dan saling memahami, itu lebih baik dari pada terlalu protektif dan apalagi selalu curiga. Ada pria yang tidak terlalu suka dengan pertanyaan-pertanyaan istrinya yang menurut mereka "accusing" atau seakan-akan sang istri tidak percaya dengannya. Ada pria yang justru mulai curiga kalau sang istri sudah tidak tanya-tanya seperti dulu. Intinya, ada yang menganggap sifat yang menginterogasi sebagai suatu bentuk ungkapan cinta, namun ada pula yang agak cuek dengan hal-hal seperti itu.
Selalu berfikir positif terhadap suami dan suami juga biasanya tidak suka kalau setiap kegiatannya harus dilaporkan pada istrinya, kesannya istri seperti mengintrogasinya. Yang ditakutkan adalah kegiatan selalu menginterogasi suami, membuat suami bisa jadi pembohong. Karena kecenderungan, sifat pria yang akan berpikir dengan mencari solusi cepat, misalnya dengan berbohong.
Di curigai terus itu merupakan kegiatan yang melelahkan batin pasangan. Jika saling terbuka dan selalu jujur bicara apa adanya dengan pasangan, seorang istri protektif, berbuat demikian memang karena bener-benar takut kehilangan suami, tapi kalau terlalu juga melelahkan. Yang membuat bertambah buruk adalah malah berfikir untuk berbuat sekalian dari pada cuma dicurigai terus menerus.
Curiga itu harus ada dasarnya, boleh saja curiga. Jikalau memang ada yang "salah" dengan suami. Harus ada bukti akurat yang menjadi dasar kecurigaan itu sendiri. Misalnya: sering pulang malam, ada bill yang tidak wajar, menemukan foto mesra suami dengang orang lain. Dan yang terpenting pokoknya sebagai istri, pastinya akan bisa melihat hal-hal yang "aneh" pada diri suami. Tetapi kalau masih dalam tahap "penyelidikan" mendingan tidak usah terlalu menunjukin kecurigaan kita. Untuk itu perbanyaklah komunikasi dengan suami. Jaga hubungan supaya tetap pada jalurnya. Dan menghargai arti rumah tangga itu sendiri. (n wina vahluvi)
Rasa trauma karena sebelumnya sering dibohongi, rasa takut kehilangan yang berlebihan, kur
ang percaya diri dalam menjalin hubungan seringkali menjadi penyebab mengapa seorang istri terlalu protektif dan posesif terhadap suaminya.
Menghadapi pasangan yang posesif memang tidak mudah, masalahnya kebanyakan orang posesif akan selalu berusaha menunjukkan kekuasaan lewat hal-hal yang kadang terasa tidak masuk akal akibat perasaan yang selalu was-was dan curiga terlalu berlebihan.
Proteksi yang dimaksud adalah menjaga dan mengingatkan, tetapi kalau sudah sampai melarang-larang untuk ketemu teman-teman dekat, mengikuti selalu kegiatan pasangan diluar, itu tentu saja sudah masuk dalam kategori posesif, jelas Rahmi Lubis, S Psi ,M.Psi, Wanita memiliki sifat posesif lebih karena rasa cemburu. Pada dasarnya ketika wanita mengetahui dengan jelas kegiatan pasangannya mereka bisa maklum. Tetapi kalau tidak, akan selalu membuatnya gelisah.
Kejiwaan
Pernikahan itu salahsatunya mesti dilandasi kepercayaan, kalau terjadi ketimpangan akan selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan curiga dalam benak sang istri. Buat para istri, pasti akan tersiksa oleh pikiran-pikiran yang belum tentu benar apalagi kalau pikiran-pikiran buruk itu dikembangkan akan mengganggu mental dan menjadi sebuah gangguan kejiwaan nantinya, meskipun sifatnya masih tergolong kecil.
Protektif idealnya sih melindungi, bukan memerangkap. Kalau sudah posesif, kecurigaan itu bentuk dari ketidak percayaan pada pasangan, boleh cemburu tapi jangan sampai melampaui batas. Tetapi pada skala yang wajar, curiga atau protektif itu juga perlu. Sebagai bentuk perhatian istri terhadap suami, tambahnya.
Pahamilah suami Anda, karakternya, kebiasaannya, kesukaannya, dengan begitu Anda akan tahu yang disukai oleh suami Anda. Sebagai lelaki, beberapa orang sangat tidak setuju dan sangat tidak suka kalau istri terlalu protektif dan apalagi selalu curiga. Karena suami dan istri harusnya sudah sepakat memutuskan menikah, bahwa kami berdua tidak akan saling curiga, saling menuduh dan tidak saling melarang alias terlalu protektif. Saat memasuki bahtera rumah tangga, kedua belah pihak sudah harus siap menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi dan harus dengan lapang dada menerima kenyataan pahit yang bakal muncul dengan tak terduga karena kita sebagai manusia itu lemah. Saling menerima dan saling memahami, itu lebih baik dari pada terlalu protektif dan apalagi selalu curiga. Ada pria yang tidak terlalu suka dengan pertanyaan-pertanyaan istrinya yang menurut mereka "accusing" atau seakan-akan sang istri tidak percaya dengannya. Ada pria yang justru mulai curiga kalau sang istri sudah tidak tanya-tanya seperti dulu. Intinya, ada yang menganggap sifat yang menginterogasi sebagai suatu bentuk ungkapan cinta, namun ada pula yang agak cuek dengan hal-hal seperti itu.
Selalu berfikir positif terhadap suami dan suami juga biasanya tidak suka kalau setiap kegiatannya harus dilaporkan pada istrinya, kesannya istri seperti mengintrogasinya. Yang ditakutkan adalah kegiatan selalu menginterogasi suami, membuat suami bisa jadi pembohong. Karena kecenderungan, sifat pria yang akan berpikir dengan mencari solusi cepat, misalnya dengan berbohong.
Di curigai terus itu merupakan kegiatan yang melelahkan batin pasangan. Jika saling terbuka dan selalu jujur bicara apa adanya dengan pasangan, seorang istri protektif, berbuat demikian memang karena bener-benar takut kehilangan suami, tapi kalau terlalu juga melelahkan. Yang membuat bertambah buruk adalah malah berfikir untuk berbuat sekalian dari pada cuma dicurigai terus menerus.
Curiga itu harus ada dasarnya, boleh saja curiga. Jikalau memang ada yang "salah" dengan suami. Harus ada bukti akurat yang menjadi dasar kecurigaan itu sendiri. Misalnya: sering pulang malam, ada bill yang tidak wajar, menemukan foto mesra suami dengang orang lain. Dan yang terpenting pokoknya sebagai istri, pastinya akan bisa melihat hal-hal yang "aneh" pada diri suami. Tetapi kalau masih dalam tahap "penyelidikan" mendingan tidak usah terlalu menunjukin kecurigaan kita. Untuk itu perbanyaklah komunikasi dengan suami. Jaga hubungan supaya tetap pada jalurnya. Dan menghargai arti rumah tangga itu sendiri. (n wina vahluvi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar