Jumat, 20 Juli 2012


Betapa bahagianya memiliki pasangan hidup yang sangat menyayangi kita. Memberikan limpahan cinta dan kasih sayang. Perhatian dan menunjukkan bahwa kita adalah orang yang paling penting dalam hidupnya. Kita begitu berharga bisa memilikinya, karena si dia selalu menempatkan kita istimewa.
Dalam hubungan suami istri sikap perhatian ini tentu diharapkan semua pasangan. Baik suami maupun istri. Istri akan sangat tersanjung dan bangga memiliki suami yang romantis, perhatian dan peduli pada dirinya. Itu akan menjadi sebuah poin penting bagi perempuan untuk terus berusaha menjaga hubungan baiknya dengan suami. Begitu juga dengan suami, diperhatikan oleh istrinya adalah sesuatu yang sangat dia idamkan karena apa gunanya menikah jika tak ada kasih sayang, dan perhatian di dalamnya.
Tapi tahukah anda? Bahwa ternyata perhatian yang berlebihan seorang suami pada istrinya atau sebaliknya akan bisa menjadi sumber masalah? Hah masak sih? Iya…jika suami atau istri telah menunjukkan reaksi untuk hal-hal yang wajar dengan sangat berlebihan sehingga menjadi sifat posesif.
Orang yang posesive selalu membuntuti pasangannyaa kemanapun pergi. Menelpon tiap saat untuk memastikan pasangannya berada di mana?. Memperlakukan pasangannya seolah pasangannya belumlah dewasa, tak mampu melakukan sesuatu sendiri. Sifat posesif seperti ini tentu akan membuat tidak nyaman.
Akibatnya adalah, kita akan menjadi merasa terkekang tak lagi punya ruang untuk privacy. Karena semuanya di atur oleh pasangan tanpa memberikan kesempatan kita ntuk berkembang.
Saya punya sahabat yang memiliki suami yang sangat posesive, bukan hanya dia bahkan sayapun sebagai teman menjadi tidak nyaman saat berjalan bersamanya. Karena tiap beberapa menit suaminya selalu menelpon. Mengatur ini itu, harus begini begitu. Dan terang saja itu sangat mengganggu. Seolah tidak ada rasa percaya sedikitpun pada pasangannya.
Saya melihat teman saya cukup malu diperlakukan seperti anak kecil, tetapi dia tidak tahu harus melakukan apa?. Dan sayapun tak mampu membantunya. Karena saya pikir itu adalah urusan keluarga mereka.
Sebenarnya apa sih yang membuat pasangan menjadi posesiv terhadap pasangannya? Pertama adanya kesenjangan yang mencolok. Mungkin karena fisik yang tak seimbang si istri terlalu cantik? Atau sebaliknya suami terlalu ganteng? hingga timbul rasa cemburu yang berlebihan..
Kedua karena perbedaan penghasilan, kesenjangan penghasilan dalam rumah tangga bisa juga memicu sifat posesif. Ini terjadi terjadi karena salah satu diantara suami dan istri tersebut lebih mandiri. Muncul rasa takut untuk ditinggalkan. Karena berpikir “tanpa aku dia bisa melakukan apapun dengan uangnya” Hingga orang yang posesiv merasa dirinya takut untuk tidak dibutuhkan lagi, rendah diri menyerangnya.
Ketiga, mungkin perselingkuhan, atau trauma masa lalu atas hubungan yang pernah gagal. Jika salah satu diantara pasangan suami istri pernah berselingkuh. Maka pasangan akan jadi lebih hati-hati, dan cenderung mengikat pasangannya, karena tidak ingin hal buruk itu kembali menimpa dirinya.
Sungguh sangat tidak nyaman memiliki pasangan yang sangat posesiv. Ruang gerak menjadi terasa dibatasi. Sementara kita suami ataupun istri butuh sesekali untuk sendiri, merenung. Memiliki pasangan posesive seolah punya satu badan dengan bayang-bayang yang selalu membuntuti kemanapun pergi. Sudah pasti ini akan mengganggu ketenangan.
Jika kejadian itu terus saja berlanjut, maka tidaklah baik untuk hubungan ke depan. Seperti terjadi pada teman saya, saat suaminya bepergian ke luar kota. Dia menghela napas lega. “sekarang aku lebih bebas tak ada lagi yang membuntutiku” begitu selalu ia berucap. Artinya selama ini dia sangat tertekan dengan control berlebihan dari suaminya.
Lalu bagiamanakah menghadapi pasangan yang posesif? Membina komunikasi yang baik adalah kunci utama dalam rumah tangga. Bicaralah dari hati ke hati. Akuilah bahwa anda memang memiliki sifat posesif itu. Dan berusahalah untuk menghilangkannya. Beranilah untuk lebih asertif.
Kembalilah menata tujuan anda berumah tangga bersama pasangan. Jika anda benar-benar mencintainya, anda harus memberinya kepercayaan, memberinya rasa aman, saling menghormati privacy masing-masing. Mungkin dia adalah segalanya dalam hidup anda. Tapi bukan berarti anda berhak mmengaturnya dan memaksanya harus mengikuti semua apa yang anda inginkan.
Mari arungi bahtera rumah tangga, dengan kasih sayang yang tulus di dalamnya. Tanpa rasa takut ditinggalkan hingga tanpa sadar kita telah mengekang pasangan kita. Masing-masing harus menyadari hak dan kewajiban sebagai suami dan istri, dengan begitu rasa saling menghargai akan tumbuh dengan sendirinya.
Semoga kita selalu dilimpahkan kebahagiaan dalam rumah tangga selamanya. Aminn
Selamat Pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar